Surat Terakhir Untuk Nadya
Malam yang sangat gelap. Awan hitam tebal menggumpal-gumpal di atas langit. Hujan lebat tidak kunjung reda. Nadya yang berada di dalam kamar membuka jendela perlahan-lahan. Tepat di lantai 10 sebuah gedung apartemen. Angin berhembus membelai rambutnya yang terurai panjang.
Ia melihat tetesan air hujan seperti jarum-jarum yang menusuki perut bumi. Air matanya menetes ketika ia mengingat Lutfi, kekasihnya sekaligus pangeran baginya. Ia ingat ketika lutfi mengajaknya menari-nari di sebuah taman yang penuh dengan bunga-bunga. Menyanyikan lagu-lagu cinta bertaburkan suka cita.